Suatu Ketika.....

Rabu, 12 November 2014



Kebanyakan orang, ketika amat sangat bersedih menjadi tak bisa tidur, sedangkan aku tidak sama sekali. Saya malah suka sekali meredam rasa sedih dengan tidur lebih awal. Bagiku, tidur malah lebih cepat ampuh menghabiskan sedih sedemikian rupa dan ketika kau bangun hanya tinggal sedikit sisa-sisa kesedihanmu yang lebih gampang diatasi tanpa perlu didramatisasi.

Namun sudah dua malam ini, saya tak bisa segera tidur. Malam pertama,penyebabnya adalah karena saya banyak menangis maka jika memaksakan diri tidur, sedihpun hilang tapi sisa-sisanya membekas di dua kelopak mata yang membengkak. Tidak lucu kan jika saya masuk kantor dengan tampang seceria biasanya tapi mata sembab,pemandangan yang sangat kontras. Orang pun bisa menebak dan acting saya rusak.

Hari kedua, saya tak bisa tidur bukan lantaran karena menangis lagi. Tapi suara elekton belakang rumah yang speakernya sampai membuat dinding jendela kamar bergetar hebat. Membuat Mataku sudah terlalu lelah danmengantuk tak bisa juga tidur. Lirik Lagu D’masive ‘’Menanti keajaiban” kedengaran lebih menyengat. Suara vocalis yg sdh sendu samakin terhayati lagi-lagi memancing sisi melankolisku. Liriknya pas, suaranya pas belum lagi bayang-bayang muka sang vocalis mengingatkan saya pada wajah seseorang yg selalu jelas dan lekat meski menutup mata.


Sebenarnya sedihku telah pelan-pelan pergi setelah banyak berdialog dengan diri sendiri tentang apa yang terjadi sambil seharian mengumpulkan kembali kekuatan. Saya berusaha tak berdiam diri sendirian, mengalihkan perhatian pada pekerjaan dan dengan antusias mengajak bicara siapa saja yg saya temui entah itu sekedar basa basi. Pokoknya saya tak mau diam. Diam hanya akan menyeretku menjadi wanita cengeng krn bisa saja saya tiba-tiba diserang oleh ingatan tentang berbagai macam momen-moment bahagia bersamamu yang muncul seperti kaset berisi lagu favorit lawas. Moment indah yg sudah lewat persis seperti itu, bisa diputar berulang-ulang dalam pikiran namun hanya bisa diingat dan dirindukan.

Kutarik napas dalam-dalam sambil melawan apa saja yang bisa menggiringku kembali bersedih. Aku tak ingin bersedih. Tidak ada yang sendiri, tidak ada yang pergi, tidak ada yang meninggalkan dan tidak ada yang ditinggalkan. Semuanya ada disini masih utuh mesdki sudah tak lagi sama.

NB:Malam kedua setelah percakapan bahwa semua kembali seperti hari biasa, seperti semula.

0 komentar:

Posting Komentar