Rindu Rumah

Sabtu, 28 Januari 2012

"Sendiri...Untuk pertama kalinya saya merasa kata itu benar ADAnya..ketika saya Rindu Rumah"

Disini hujan, disana hujan, dimana-mana hujan. Saya suka hujan, sejak dulu. Suasana dan moment-moment apa saja ketika hujan, terasa syahdu. Tapi kali ini hujan membuatku hati galau dan mata kelihatan begitu sendu.Padahal hujan disini sama halnya dengan hujan disana. Kadang terus-menerus menderas, kadang hanya rintik-rintik hujan romantis, yang berbeda adalah keadaan..Disana dan disini...

Yaa..sudah tiga minggu saya ada disini, di Kota Ternate. Sebuah kota asal keturunan nenek moyangku dari garis keturunan bapakku. Ini kedua kalinya saya berada disini dan kali ini sepertinya saya akan berada disini dalam jangka waktu yang lama, tak bisa ditebak, pokoknya lama. Kata "Lama" ini membuatku selalu ingin menitikkan air mata. Disini, saya memang tinggal nge-kos bersama kakak kandungku. Tapi mengharap kakakku akan selalu menemani, itu jauh dari harapan. Dia tipe orang yang kurang banyak berbicara jika tak ada yang terlalu penting untuk disampaikan, kurang berbagi cerita, dia memang agak berbeda denganku dan adikku. Meskipun begitu, dia setiap hari memperhatikanku, tak pernah lupa memenuhi segala yang kupinta tapi tak bisa selalu, bahkan amat amat jarang bersama. Dia punya pekerjaan yang mengharuskannya untuk tetap siaga 24 jam dan saya bisa memaklumi itu.

Huffh...rasanya saya belum sepenuhnya rela jika harus menghabiskan masa depanku disini. Saya belum bisa berkawan dengan semua keadaan disini. Masalahnya bukan karena saya harus tidur sendiri, kesana-kemari sendiri, melakukan semuanya sendiri, mengurus ini-itu sendiri karena itu adalah hal remeh-temeh yang selalu mampu saya lakukan. Namun yang begitu membuatku kehilangan daya adalah Rindu Rumah. Ditambah lagi dengan kejenuhan dan kebosanan yang melanda tiap saat karena belum ada kejelasan tentang pekerjaanku sehingga saya harus melakukan ritme hidup yang monoton dalam sebuah kamar kos kecil tanpa hiburan juga teman bercerita (ini benar-benar membuatku menjadi depresi ringan). Saya bisa berlama-lama tak keluar rumah jika ada tivi atau setidaknya saya punya teman bicara, tapi sekarang justru saya tak punya kedua-duanya. Rasanya seperti orang autis yang cuma bisa berdialog sendiri dalam hati. hampir tiap hari saya selalu berkata: "Saya rindu rumah, saya mau pulang!"

Rumah...Rumahku selalu ramai dan gaduh seperti pasar meskipun hanya dihuni oleh Bapak, Mama, adikku dan kakakku. Rumah yang tak pernah membuatku bosan meski tak kemana-mana.

Di rumahku...hampir setiap pagi saya akan selalu mendengar bapak dan adikku berlomba-lomba menceritakan mimpi mereka semalam.ya..mereka paling kompak dalam hal mimpi. Kadang saya dan mama protes karena kami orang yang paling jarang masuk mimpi mereka dan kami juga paling jarang punya mimpi yang bisa diceritakan seperti cerita mimpi bapak dan adikku.

Dirumahku, saya punya seorang adik perempuan yang memiliki selisih umur 4 tahun denganku. kami memiliki karakter yang sangat jauh berbeda tapi kami sangat kompak dalam banyak hal. Setiap hari saya akan mendengar celetukan kesal, jengkel ataupun cerita-cerita lucu yang dia bawa ketika pulang dari mana saja. saya paling suka mengganggunya dan akan berhenti ketika dia berteriak marah. terkadang kami saling mengomel satu sama lain hanya karena pembagian tugas rumah atau hal-hal kecil yang bikin jengkel hati dan kamudian berbaikan lagi. kami punya banyak cerita yang tiada ahabisnya untuk dibagi. sampai-sampai bapak sering menegur kami ketika kami masih ribut dan cekikikan di tengah malam hanya karena membahas banyak hal. adikku pernah bilang: "pasti ko rindu sama saya kalo jauhko, pasti ko cari-cari ka kalo nda ada!!'' dan saya juga tak mau kalah bilang: ''kau juga!! pasti sepi kalo nda ada ka dirumah toh!!"...dan semua itu terbukti benar..ah...!!

Dirumahku...Setiap hari saya akan mendengar mamaku berkomentar apa saja tentang tayangan ditivi. Mulai dari berita politik, pemerintah, psikologi, sinetron dan juga infotaiment. Tapi ada kalanya saya mengabaikannya jika saya tengah asyik menatap layar laptop. Saya cuma bilang iya...iya...dan iya...padahal mama sednag ingin ditanggapi segala komentarnya, padahal mama juga ingin bertukar pikiran dengan saya. sekarang saya baru menyadarinya, rasanya menyesal sekali. (Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi.. Ma, sungguh!! tidak akan lagi). Saya, adikku dan mamaku paling kompak. kami punya hobi dan kebiasaan yang sama. ketika marah, jengkel, susah, senang atau apapun itu pasti langsung diekspresikan.  kami tak pernah bosan bercerita dan saling curhat. Mama selalu tahu apa yang kami inginkan, harapan-harapan kami, cita-cita kami dan amat sangat memahami perasaan-perasaan kami. Mama pendengar yang baik sekaligus pemberi contoh yang selalu bisa diteladani. Mama tak punya kata-kata manis untuk menunjukan rasa sayangnya, dia punya cara sendiri untuk mengungkapkannya dan kami memahaminya. Mama selama ini tak pernah membiarkanku berdoa sendiri. Segala harapan yang kuceritakan padanya, selalu dia sertakan dalam doa-doa panjangnya. Maaa...I 'll promise to make you happy...LET ME!!

Dirumahku, ada Bapak.. jika ada pemilihan The Best  Father,saya yakin bapaklah juaranya, begitu banyak alasan untuk mengakuinya sebagai The best father. Bapak punya banyak hal yang patut diteladani oleh siapapun sebagai Imam dalam keluarga sampai-sampai saya bingung bagaimana menguraikan kata-kata untuk bisa menggambarkannya. Bapak orang yang paling punya selera humor yang tinggi,selalu punya cerita dan teka-teki lucu. Moment mati lampu adalah hal yang paling menyenangkan dirumahku, karena saat itulah bapak paling suka mendongeng cerita-cerita Abu Nawas karangannya sendiri atau melontarkan teka-teki asal-asalannya. Kami anak-anaknya tak pernah bosan mendengarnya meskipun sudah berulang kali sampai-sampai kami sudah hafal mati diluar kepala alur ceritanya, tapi tetap saja kami tak berhenti tertawa mendengarnya. Bapak orang yang sebenarnya tak bisa jauh dari kami anak-anaknya, selalu saja khawatir meski dia tak pernah mengatakan begitu, tapi kami tahu. Terkadang rasa sayangnya bapak menjadi begitu berlebihan, menjadi terlalu protektif untuk menjaga kami sehingga memperlakukan kami seperti anak kecil. Meskipun begitu, bapak tak pernah mendidik kami menjadi anak-anak yang manja. Justru bapak adalah orang yang tegas dan berwibawa dalam mendidik anak-anaknya untuk menjadi pribadi-pribadi yang mandiri dan religi. Itulah Bapakku. Bapak yang selalu saya banggakan, bapak yang selalu saya jadikan panutan. Saya juga ingin menjadi Kebanggan bagi Bapak.

Yah...Semuanya ada disana, tidak ada disini. Disini, tak ada mereka yang menyambutku ketika pulang dari mana-mana dan ketika saya membuka mata dipagi hari, dunia terasa begitu sepi tanpa ada mereka yang menemani. Namun bagaimanapun hidup harus terus berjalan. Saya sadar, saya ada disini karena memang saya yang memilihnya dan pilihan ini adalah jalan yang saya tahu untuk memenuhi mimpi-mimpiku. Bukan sekedar mimpi untukku, tapi juga untuk mereka, keluargaku...SEMANGAT!!! 


Selengkapnya...