(Berdamai dengan Hati) Hey!!! Wake Up!!

Minggu, 23 November 2014


Sebelumnya, saya pikir CINTA pun sudah cukup untuk segera menyatukan tujuan, menjadi nafas untuk tetap berjalan bersama dalam satu titian. Tapi nyatanya ada faktor lain yang mempengaruhinya apalagi jika prioritas sudah berhubungan dengan Orang Tua. Setiap orang memiliki prioritas tersendiri dalam hidupnya dan kita akan menjadi salah jika menghakimi orang lain atas prioritas hidupnya.

Kamu memahamiku lebih baik dari siapapun, menerimaku satu paket dengan Hal Terbaik dan Hal Terburukku, menjagaku dari orang lain bahkan dari dirimu sendiri, memberikan hampir setengah waktu dari hidupmu untuk 'ada' untukku dan tak pernah berhenti sabar menghadapi diriku. Saya rasa Wanita manapun akan menaruh "Harapan" pada lelaki yang bersikap seperti itu. Saya tak terkecuali. Meski kita terpaut dua tahun, kita bukan lagi berada pada masa-masa ABG yang jatuh cinta seperti bercanda dan tak memikirkan masa depan. Kita saling mengenal cukup lama, dimulai dari persahabatan yang tak terencana dan akhirnya saling jatuh cinta. suka dan duka yang banyak kita bagi berdua membuat kita terlalu paham satu sama lain hingga tak perlu berulang-ulang kita memepertanyakan lagi satu sama lain tentang perasaan kita. 'Apakah kamu mencintaiku??' sudah menjadi tidak perlu dipertanyakan. Pernyataan 'aku mencintaimu' sudah tidak perlu ditegaskan. Cukup sekali dan selebihnya bisa dengan jelas terlihat dalam tindakan. Dan sampai hari ini pun, kita tahu 'cinta' itu masih ada dihati kita dan entah sampai kapan. Namun yang paling jelas disadari dan harus dengan besar hati menerima bahwa: Mencintai bukan berarti harus benar-benar bersama saat ini juga, mencintai bukan berarti mengikat melainkan melepaskan, mencintai bukan berarti egois memaksakan kehendak orang lain.

Saya paham, wanita yang paling kamu cintai di dunia ini adalah ibumu dan saya selalu menjadi yang kedua setelahnya. Sungguh, saya adalah orang paling egois dan jahat jika memaksamu memlilih memperioritaskan diriku daripada ibumu. saka tidak akan pernah melakukan itu. Prioritaskanlah kepentingan ibumu. Bahagiakanlah dia. sayapun mencintaimu karena kecintaanmu pada ibumu. Lantas bagaimana dengan diriku? perasaanku? Saya tidak ingin memaksakan kehendakku lagi. Allah yang akan menentukan arahnya kemana. Sungguh, Allah Maha Membolak-balikkan Hati. Yang menjadi Milik kita akan selalu kembali. Jika saat ini tak bisa bersama bukan berarti itu buruk atau disesali. Allah mempertemukan kita dalam persahabatan ini pun merupakan salah satu Hal terbaik yang saya alami.

0 komentar:

Posting Komentar