Soundtrack of My December days

Rabu, 18 Desember 2013

TERPUKAU By Astrid

Aku memang belum beruntung
Untuk menjatuhkan hatimu
Aku masih belum beruntung
Namun tinggi harapanku

Tuk hidup berdua denganmu
Aku sempurna denganmu
Ku ingin habiskan sisa umurku
Tuhan jadikanlah dia jodohku
Hanya dia yang membuat aku terpukau

Aku sungguh sangat bermimpi
Untuk mendampingi hatimu
Ku masih terus bermimpi
Sangat besar harapanku
Tuk hidup berdua denganmu

Aku sempurna denganmu
Ku ingin habiskan sisa umurku
Tuhan jadikanlah dia jodohku
Hanya dia yang membuat aku terpukau

Denganmu aku sempurna
Denganmu ku ingin habiskan sisa umurku
Tuhan jadikanlah dia jodohku
Hanya dia yang membuat

Denganmu aku sempurna
Denganmu ku ingin habiskan sisa umurku
Tuhan jadikanlah dia jodohku
Hanya dia yang membuat aku terpukau


Nb: Lagu ini berulang-ulang kuputar di play list Hape dan laptopku. Seperti sudah menjadi Lagu soundtrack of the day dalam hidupku belakangan ini. Kata-katanya mewakili sisa harapan yang masih ada. Ah, Andai saja..........
Kamu, Bintangku, itu yang terpikir olehku jika mendengar lagu ini.Tapi, saya tidak ingin terlalu jauh lagi bermimpi.
BOLEH BERHARAP TAPI JANGAN BERHARAP-HARAP DAN LETAKKAN HARAPAN TERTINGGIMU HANYA PADA ALLAH SWT, itu yang jadi peganganku.



Selengkapnya...

Semangat.......!!!!!!

Jumat, 06 Desember 2013


4 Desember 2013, Saya lupa kalau hari itu pengumuman Tes CPNS sudah diedarkan. Akhir-akhir ini, pekerjaan di kantor sedikit banyak menyita waktuku jadinya lupa. Baru ingat setelah beberapa pesan masuk via sms dan whatsup dari teman-temanku yang menanyakan tentang hasil kelulusan. Hingga menjelang sore, saya belum sempat mengecek berita terkini itu. Tak ada wi-fi, penjaga ruangan untuk internetan di kantorku pun sedang tidak masuk, mau ke warnet tapi jauh sedangkan masih banyak pekerjaan yang harus kutuntaskan sore itu. Akhirnya saya meminta bantuan adik dan kakakku untuk melihat hasil tes tersebut. Beberapa saat kemudian, sms dari kakak dan adikku masuk hampir bersamaan dengan diawali kata ”sabar”. Aku tidak lulus lagi tahun ini. Kutarik napasku dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Tersenyum tanpa beban.

Sepulang kantor, saya ikut bergabung dengan teman-teman untuk duduk sebentar sekedar ikut nimbrung menjadi pendengar pembicaraan ringan antara bapak-bapak dan pemuda-pemuda matang, mapan tapi belum punya pasangan. Beberapa dari mereka pun tak ketinggalan membahas urusan CPNS dan pada akhirnya menanyakan hasil kelulusanku. Saya bilang; tidak lulus. Ada yang tidak percaya, mereka pikir saya sedang bercanda karena mungkin jawabanku terlalu santai ditambah ekspresi muka yang ceria seperti biasa seolah menampakkan bahwa saya tidak seperti orang yang sedih ataupun kecewa karena gagal. Ada juga yang memberikan simpati dengan mengatakan kata-kata yang sudah lumrah kudengar untuk melapangkan hati orang ketika dalam keadaan belum beruntung.



Malamnya, sms dari mama dan bapak mencoba menabahkanku. Sms balasan dari Wiewieku juga tak ketinggalan setelah kukabari sejak sore. Esok harinya, Pak satpam dan cleaning service di kantorku juga menanyakan hal yang sama kemudian setelah kujawab maka keluar pula kata-kata penghibur dari mulut mereka. Tapi hanya ada dua orang temanku dikantor yang tak pernah menayakan itu. Dua orang yang sedikit banyak punya peranan dalam membantuku selama mendaftar,mengurus dan mengikuti tes CPNS di Jakarta. Mereka sudah tau saya tidak lulus tapi memilih untuk tidak membahas hal itu, malah membahas cerita lucu. Saya tahu, mereka melakukan itu karena menjaga perasaanku, takut jika saya sedih.

Tahun ini jadi tahun ke empat saya mengikuti Tes CPNS. Tes kali ini sama seperti tahun lalu, di Jakarta. Meski tidak lulus, tak sedikitpun ada rasa sedih, kecewa atau penyesalan di hati ini karena saya merasa telah melakukan semuanya secara maskimal. Bagiku, yang namanya REJEKI itu takkan pernah tertukar dengan siapapun. Jika telah digariskan menjadi milik kita, maka akan kembali. Yang kita perlukan hanya mengusahakannya dengan maksimal, mengiringinya dengan doa dan yang paling penting adalah KEYAKINAN kita pada yang Maha Berkehendak, ALLAH SWT bahwa DIA MAHA MEMUNGKINKAN segala yang tidak mungkin bagi mahluk. Rumus sederhanya adalah: Kamu baru akan memiliki rasa ikhlas dihatimu atas segala yang terjadi padamu jika kamu benar-benar MELETAKKAN HARAPAN TERTINGGIMU PADANYA YANG MAHA PENYAYANG, ALLAH SWT. Jika sudah begitu, hatimu takkan pernah merasa sedih atau kecewa jika yang diharapkan belum terpenuhi seperti yang kamu mau karena yang kamu yakini bahwa Allah punya alasan terbaikNYA untuk dirimu.

Maaf juga Terima Kasih tak terkira untuk Bapak, Mama, Kakak, Ipar dan Adekku yang Tak pernah surut Menyemangatiku, mendoakanku, meyakinkan hati ini yang terkadang rapuh. Terima kasih juga buat teman-teman, orang-orang yang secara langsung dan tidak langsung mendoakanku. Semoga Allah swt melimpahkan segala rahmatNYA untuk kalian semua. Amin…

Selengkapnya...

SINKRONISITAS

Rabu, 13 November 2013





Sisa Permen dalam tas ketika melakukan perjalanan ke Jakarta, Kata-katanya seperti Sinkronistas dengan mimpi dan asa.... Selengkapnya...

BINTANG

Minggu, 20 Oktober 2013


Which Star are you come from?? Seperti judul film korea yang sedang tayang siang itu.

Yah, Which star are you come from? Kamu, yang tanpa sepengetahuanmu, pernah menawan hatiku, dulu.Yang selalu kusebut bintangku. Setelah semuanya kuanggap lalu, Kamu tiba-tiba datang menawarkan hatimu untuk menjadi yang kamu mau, aku. Sejenak kamu mebuatku terpaku kemudian merasa haru. Ah, kamu…mengapa baru menyadari keberadaanku yang dulu tak pernah jemu mengingatmu? Mengapa baru sekarang terpikir tentang adanya diriku? Aku meragu, apakah aku telah benar-benar ada dihatimu? Apakah ini semu? Antara senang dan ragu-ragu, kucubit lenganku untuk meyakinkan jika aku tak sedang bermimpi dalam tidurku.
Selengkapnya...

Catatan KeciL

Senin, 30 September 2013


Saya sangat menyukai drama korea sejak tahun 2000 ketika pertama kali di tayangkan sebuah film yang berjudul Endless love. Hal yang menarik yang membuat saya suka bukan semata-mata karena para pemain yang berwajah tampan dan cantik melainkan isi cerita plot juga karakter pemain yang dikemas sedemikian rupa. Poin plus yang selalu saya dapatkan dari serial drama korea adalah Jalan cerita yang kadang tak bisa ditebak sampai akhir dan selalu saja ada nilai-nilai atau filosofi yang secara langsung ataupun tidak, coba disampaikan dari sebuah serial drama korea.

Beberapa hari lalu saya telah selesai menonton sebuah drama film korea yang berjudul 49 days. Dan setelah menontonnya jadi terpikir untuk menulis apa yang saya dapatkan dari drama korea yang satu ini. 49 Days ini bercerita tentang seorang wanita yang naif, ceria polos, baik hati dan memiliki segalanya. Sehari menjelang pernikahannnya dia mengalami kecelakaan tragis yang membuatnya koma, mati suri. Dalam keadaan mati suri tersebut dia diberi waktu 49 hari untuk mengumpulkan 3 tetes air mata dari orang-orang yang tulus mencintainya selain keluarganya agar dia bisa bangkit kembali dari mati suri. Kejadian yang terjadi dalam 49 hari itu memberinya banyak sekali pelajaran tentang hidup. Nah dari film ini saya mencatat beberapa hal bahwa;



- Ketika kita membantu/memberi kepada orang lain, tidak lantas hal itu menyenangkan orang tersebut, adakalanya orang yang kita bantu justru merasa terhina dan bahkan merasa dinggap rendah karena bantuan yang diberikan dan malah membuat mereka merasa terlukai harga dirinya.
- Segala sesuatu tak selalu tampak seperti sebagaimana adanya. Terkadang orang yang tampaknya acuh padamu, tak ingin lama-lama berbicara padamu, terkesan menghindarimu adalah orang yang justru paling memperhatikanmu dan paling tulus membantumu tanpa kau tahu. Sebaliknya, Terkadang ada orang yang mengabulkan segala keinginanmu, bersikap manis dan memperlakukanmu seolah kau begitu berarti baginya namun ternyata palsu hanya karena mereka menginginkan sesuatu darimu lantas memanfaatkanmu.
- Ketika kita mencintai orang lain kemudian terjadi kesalah pahaman atas apa yang kita lakukan, kita akan tetap diam dan membiarkan kesalahpahaman itu terjadi, membuat orang yang kita cintai berpikir bahwa kita telah melukainya. Kita tidak ingin menjelaskan kesalah pahaman itu karena justru takut melukai hati orang yang kita cintai.
- Bahwa seharusnya kita menjalani hidup seolah kita tak punya lagi hari esok sehingga yang ada, kita hanya terus berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk diri kita dan orang-orang sekitar kita.
- Bahwa selalu ada alasan untuk segala sesuatu yang terjadi pada diri kita. Entah itu kejadian baik atau buruk sekali pun. Biasanya kita dihadapkan dengan hal-hal yang menurut kita buruk, padahal dari kejadian itu kita mendapatkan hal baik yang tak pernah sekalipun kita sangka sebelumnya. Dan ketika kita mengalami hal-hal baik, terkadang kita lupa untuk bersukur.
- Bahwa sekeras apapun manusia berusaha mengubah segalanya, Takdir yang selalu menang.
- Kita tak pernah bisa benar-benar merasakan rasa sakit atau derita orang lain jika kita tak pernah mengalami hal yang sama sehingga jangan mecoba berbicara bijak pada orang lain yang sedang mengalaminya karena itu hanya akan membuat mereka berkata; “Omong Kosong!!” “Hidupku tak sama dengan hidupmu, tak semudah hidupmu”
- Seberat apapun hidup yang kita jalani, bertahanlah dan jangan pernah berputus asa. Jangan pernah berpikir untuk mengakhirinya karena begitu banyak orang-orang yang bahkan melakukan segala cara untuk tetap hidup melawan penyakit yang mungkin saja tiba-tiba merenggut nyawanya.
Selengkapnya...

BoLak-BaLiknya HATI

Senin, 16 September 2013



Seorang teman bercerita padaku bahwa ia telah jatuh cinta pada sahabatnya sendiri selama bertahun-tahun tanpa pernah ingin mengungkapkannya. Kodratnya sebagai perempuan membuatnya merasa bahwa yang ia mampu hanyalah terus berdoa dan berharap pada takdir, berharap bahwa suatu saat sahabatnya akan sadar jika wanita yang selama ini yang dia anggap sahabat, justru pemuja rahasianya. Namun, entah bagaimana ceritanya setelah sekian tahun memupuk dan memelihara perasaan itu, tiba-tiba perasaan itu menguap begitu saja pada sejak ia mengenal sosok lelaki lain yang dikenalnya lewat situs jejaring sosial. Mereka hanya perlu ta’aruf beberapa bulan dan kemudian menikah. Dihari pernikahannya betapa saya bisa merasakan kebahagian yang berlipat ganda terlihat jelas diwajahnya. Tidak ada lagi wajah galau dan sedih yang dulu biasa kulihat ketika ia menceritakan cerita cinta dalam hatinya yang tak tersampaikan.
Temanku yang satu lagi punya cerita lain. Dia berpacaran sudah sekian tahun. Sejak mereka sama-sama masukperguruan tinggi sampai selesai sarjana. Dimana ada dia, disitu pula si soulmatenya berada, tak terpisahkan, sepertinya mereka memang sudah ditakdirkan berjodoh satu sama lain. Namun ditengah perjalanan menuju ke jenjang pernikahan, entah kesalahpahaman apa yang terjadi yang membuat perasaannya justru malah lebih duluan menerima lamaran Seorang sahabatnya persis ketika dia tahu pacarnya juga akan datang melamarnya.
Ada lagi cerita lain menyangkut perasaan. Ini cerita dari salah satu teman dekatku. Sampai hari ini bahkan ia belum bisa menghapus jejak-jejak mantannya sekaligus cinta pertama dari dalam hidupnya. Dia hidup disaat ini tapi sebenarnya terbelenggu dengan masa lalu yang belum bisa di ikhlaskannnya. Hubungannnya telah berakhir, tapi perasaannya tak ingin mengakhirinya. Sungguh, betapa pedih perpisahan yang dilakukan sepihak, sendirian. Sebagai teman, tentu saya sedih melihatnya. Sesekali saya mencoba memberikan pandangan untuk move on dan segera membuka hati untuk cinta yang baru, tapi tak berguna. Ia masih setia dengan perasaannya. Yah, inilah yang dikatakan urusan perasaan.
Saya juga punya salah satu pengalaman unik tentang perasaan. Saya berkenalan dengan seorang cowok di sebuah pameran industry akhir tahun 2012. Pada kesan pertama, saya sudah merasa “IllFell” dibuatnya. Dia terlalu banyak bicara dan terkesan pamer kebolehan serba bisa. Kemudian awal tahun 2013 saya bertemu dengannya di kantor. Rasa ilfeel membuatku selalu menghindari dan menjauhi orang ini meskipun dia selalu menawarkan kebaikan. Berjalannya wktu, entah mengapa tiba-tiba saja rasa ANTIPATI terhadapnya berubah jadi SIMPATI dan akhirnya kami malah berteman baik sampai hari ini.

Diatas adalah bagian dari cerita pengalaman Perasaan. Semua orang pasti pernah mengalami yang namanya jatuh cinta, melalui berbagai pengalaman tentang perasaan. Siapapun itu, orang paling jenius sekalipuni pernah melakukan hal paling bodoh secara logika jika ia tengah jatuh cinta. Pernahkah kamu tak bisa tidur karena mengingat seseorang yang begitu dicintai? Pernahkah kamu merindu sampai ingin membuatmu menangis? Pernahkah kamu merasa bisa melawan dunia hanya dengan melihat senyuman orang yang paling kamu cintai? Pernahkah kamu merasa begitu membenci dengan seseorang tapi disaat yang bersamaan justru kamu tak biss berhenti mencintainya? Atau bisakah kamu menjelaskan bagaimana kamu benar-benar jatuh cinta pada seseorang? Hmmmh,,,Saya tak cukup punya pengalaman yang banyak tentang perasaan. Namun, Ketika saya ditanya; “Mengapa kamu sangat mencintai seseorang dengan amat sangat?” bagiku ini akan sama jawabannnya dengan pertanyaan: “Kenapa kamu suka sekali minum teh dari pada minum susu?” “Kenapa kamu suka warna biru bukan merah jambu?” Jawabanku: “Aku tak tahu, aku tak punya alasan apapun. Begitulah cara bekerja “Perasaan” sesuatu yang dialami tapi tak bisa dijabarkan secara logis jawaban dan penjelasannnya karena ini bukan masalah ilmu pasti 1 + 1 = 2.
Ya..Hari ini bisa saja kamu mencintai orang sedemikian rupa namun di kemudian hari kamu bisa jadi membencinya tak terhingga, begitu pula sebaliknya. Begitulah perasaan, terbolak-balik. Pernahkah kita berfikir siapa yang punya kuasa untuk membolak-balikkan hati seseorang? Allah SWT adalah yang Maha Membolak-balikkan hati kita. DIA yang senantiasa meneguhkan IMAN dalam hati kita dan bisa dalam sekejab DIA memalingkanmu dari IMANmu. Begitu juga masalah hati. Orang yang jahat sekalipun padamu dapat dibuatNYA menjadi orang yang paling mencintaimu kelak, begitu pula sebaliknya. Maka jangan pernah berhenti meminta padaNYA agar hatimu diteguhkan pada IMAN, diperlihatkan pada yang benar, disetiakan pada yang seharusnya, dibelokkan kembali hatimu jika hatimu terlanjur jatuh hati pada yang tak semestinya mendapatkan cintamu dan dilindungi hatimu dari segala penyakit hati, diingatkan hatimu untuk tetap teguh MengingatNYA sang Pembolak-balik hati ketika kamu sedang senang maupun susah sekalipun."YAAA MUQALLIBAL QULUB...TSABBIT QALBI 'ALA DIINIKA WA 'ALAA TO'ATIKA"

Selengkapnya...

Mereka Bilang "ANEH"

Rabu, 17 Juli 2013

Sebenarnya sudah lama sekali ingin menulis tentang ini, hanya saja multitask yang saya kerjakan beberapa bulan ini membuat saya vakum menulis lagi. Miris juga melihat blogku yang lama tak banyak diisi lagi sepanjang tahun 2013 ini.
Ternyata bagi kebanyakan orang kesendirian adalah sesuatu yang bisa dikategorikan”aneh” bagi sebagian orang. kalimat ini yang bisa saya simpulkan dari berbagai macam momentku yang menyangkut tentang “sendiri”.
Beberapa hari lalu ketika libur,saya memutuskan untuk pergi keMall. Berdiam diri di rumah ketika libur kadang membosankan juga . Disana, tidak sengaja saya bertemu dengan teman kantorku bersama anak dan istrinya yang tengah asyik cuci mata juga. Ketika saya menyapa mereka, dan mereka melihat saya sendiri, temanku langsung bertanya: Kamu ke sini sama siapa? Dengan tersenyum saya menjawab: sendiri. Istrinya lalu nyeletuk: “kenapa sendiri? Kamu kayak anak hilang kalo jalan sendiri Hehehehe” Saya Cuma membalas dengan senyum dan kemudian berbasa-basi bertanya ini-itu tapi dalam hati saya berkata: “emang ada larangan jalan-jalan ke Mall sendiri?” Kejadian ini sudah berulang kali ketika kebetulan saya bertemu dengan teman atau kenalan saya di tempat-tempat umum seperti Mall,bioskop, toko buku dan lainnya. Anehnya ,meskipun bertemu dengan orang yang berbeda-beda tapi isi kepala mereka sepertinya sudah ter-setting pertanyaan; kamu sama siapa? Kenapa sendiri? Dan terkadang ada yang menambahkan lagi komentar seperti: “apa rasanya tidak aneh kah klo jalan sendiri?” Klo saya tidak bisa, harus ada kutemani jadi kalo tidak ada yang bisa menemani saya tidak bisa pergi karena rasanya aneh kalo jalan sendiri nanti dikira lagi Galau.”
Saya pernah juga mendapat tatapan heran dari Mba’ atau Mas2 yang menjaga loket nonton bioskop atau disebuah tempat makan ketika mereka bertanya: “untuk berapa orang?” saya dengan tersenyum menjawab “satu” seakan tidak meyakinkan jawabanku,mereka pasti akan bertanya lagi; “untuk satu orang? (Ow…ow…ow..betapa aneh kah berjalan sendiri?”)




Saya biasanya bepergian kesana-kemari sendiri. Jika saya ingin membeli buku atau keperluan saya, saya memang lebih nyaman untuk pergi mencarinya sendiri. Jika saya lagi bosan dan ingin mencuci mata kemana saja, saya akan melakukannya sendiri. Ini bukan berarti saya suka menyendiri,bukan berarti tidak suka bergaul. Saya orang yang paling suka bergaul, saya punya banyak teman dan sahabat. Saya juga sering menghabiskan waktu bersama mereka. Entah itu ngumpul bareng dirumah teman saya, atau janjian nonton, karaokean atau janjian di tempat makan. Saya juga punya seorang adik perempuan dan mama yang paling gaul sedunia, yang bisa selalu diajak jalan bareng. Jadi jelas sekali bahwa alasan saya sering jalan-jalan sendiri bukan karena saya tidak punya teman, galau dan tidak tau bersosialisasi. Saya punya alasan tersendiri untuk menjawab mengapa kamu suka pergi jalan-jalan sendiri?

Alasan pertama: Ketika saya ingin mencari sesuatu yang saya inginkan, saya lebih suka mencarinya sendiri tanpa ditemani karena saya tidak ingin membebani siapapun ‘’kecuali adik saya’’ untuk membuang waktu menemani saya yang bisa berjam-jam atau setengah hari berpindah pada satu tempat ke tempat lain untuk mencari apa yang saya inginkan. Jadi lebih baik sendiri, bisa bebas berjalan kemana saja sesuka hati.

Alasan kedua:
Karena sudah terbiasa, jadi saya tidak terlalu pusing dengan hal itu dan memang saya sudah membiasakan diri untuk bisa jalan kemana-mana agar ketika saya dihadapkan pada kondisi yang mengharuskan saya untuk berjalan sendiri , saya bisa melakukannya tanpa harus ditemani. Saya paham bahwa manusia itu mahluk social dan selalu membutuhkan orang lain tapi kita sebaiknya melatih diri untuk tidak bergantung pada kehadiran orang lain.
Suatu kali saya pernah dengar seorang teman berkata: “Saya tidak makan siang tadi di kantin karena nda ada yang temani makan, saya tidak bisa makan sendiri”, ada juga yang seperti ini: “Saya belum pernah ketemu dosenku untuk konsultasi skripsiku karena saya tidak tau rumahnya dan tidak ada yang temani saya untuk cari tau rumahnya” ada juga yang seperti ini: “Sebenarnya saya mau sekali nonton film itu, film yang kutunggu-tungu tapi karena tidak ada temanku nonton jadi saya pun tak bisa nonton”. Yang lainnya seperti ini: “Saya mau cari buku tapi tidak ada yang temani “. Ada juga temanku yang bercerita bahwa betapa susahnya dia pergi sendiri meskipun itu urusan sepele hanya karena selama ini dia terbiasa selalu ditemani pacarnya, maka setelah putus dia seperti orang lumpuh yang tak tau arah dan tak tau ngapa-ngapain sendiri. Nah loh…jangan sampai semua jalannya hidup kita digantungkan dengan kehadiran orang lain. Yah mengapa tak dibuat simple seperti ini; kalo lapar ya makan, haus ya minum, ngantuk ya tidur..
Hmmh…ada juga hal yang membuat saya agak risih bagi sebagian orang yang mengartikan bahwa orang yang suka sendiri itu sedang galau jadi ketika mereka melihat ada orang sedang duduk sendiri, makan sendiri, jalan sendiri,atau nonton sendiri. Padahal tidak selamanya seperti itu. Saya yakin mereka yang juga sering “sendiri” punya alasan masing-masing. Untuk menutup tulisan saya ini, saya ingin mengutip kata-kata dari Indra Herlambang dalambukunya “Kicau-Kacau”

“Saya cinta Keluarga saya, saya cinta sahabat dan teman-teman saya.Tapi saya juga cinta diri saya.karenanya menikmati waktu dengan diri sendiri. Buat saya bukan merupakan pilihan, tapi keharusan. Apalagi sebenarnya diujung hidup ini ada kematian. Sesuatu yang harus benar-benar dijalani sendirian,tanpa teman”(Indra Herlambang)

Selengkapnya...

Sampai pada titik "Seperempat Abad"

Jumat, 07 Juni 2013


“Fabiayyialaairobbikumaa tukadibaan; nikmat tuhanmu yang mana yang ingin kau dustakan”

Dulu ketika saya masih berumur belasan tahun, terkadang saya berandai-andai dengan berbagai macam pertanyaan: “Bagaimana gayaku nanti ketika berumur 25 tahun?”saya sudah menjadi apa ketika itu? Apa saya telah menikah pada saat itu dan punya anak-anak yang lucu? Atau melanjutkan pendidikan S2? Atau sudah menjadi pegawai? Atau sesuatu yang tak pernah terpikirkan sebelumnya? Apa saya juga akan mengenakan sandal atau sepatu high heels? Akan selalu memakai riasan wajah ketika bepergian? Akan memakai banyak aksesoris untuk melengkapi penampilan saya? Akan mengenakan tas “ibu-ibu”? apa saya akan menjadi orang yang lebih serius berbicara dari pada bercanda? Pertanyaan andai-andai itu membuatku terkadang berpikir; Seperti apa Orang bisa dikatakan dewasa itu mengapa nampaknya menjadi dewasa itu menakutkan dan serius.

Waktu itu dalam benak saya dan pemikiran saya, gambaran wanita ketika berumur 25 tahun adalah: Dewasa secara penampilan fisik, berpakaian, bertutur kata, pemikiran yang matang dan dapat mengatur emosi dengan lebih baik sehingga semua itu menjadi patokan bahwa wanita ketika berumur 25 tahun sudah “semestinya” Menikah.

Ketika tamat SMA dan memasuki dunia kuliah, saya melihat teman-teman saya mulai mengubah penampilan mereka menjadi dewasa. Dari yang tidak tau berpakaian menjadi paling modis, dari yang tidak tau make-up menjadi paling ahli, dari yang tomboy berubah jadi anggun. Tas ransel diganti dengan tas “ibu-ibu”, sepatu sneakers diganti dengan flat shoes atau high heels yang cantik. Sedangkan saya masih begitu-begitu saja, biasa saja tampil polos apadanya. Saya Cuma focus pada kuliah dan tidak begitu mementingkan apa yang kukenakan,yang penting menutup aurat secara baikdanbenaritu sudah cukup. Waktu kuliah saya jarang ikut jalan-jalan ke Mall atau ngumpul bareng sama teman-teman sekampusku. Saya ke kampus tepat pada waktunya, pulang tepat pada waktunya dan lebih banyak berkumpul sama 3 sahabat kampusku yang memang tidak terlalu sering jalanke Mall. Alhasil setelah selesai kuliah, secara penampilan saya masih begitu-begitu saja, tidak tau bergaya.


Dunia setelah kuliah adalah dunia yang sebenarnya. Ketika saya menjadi Job seeker (Pencari kerja), baru terasa dan saya kemudian paham bahwa memperhatikan penampilan dan make up bagi wanita memang perlu dalam dunia pekerjaan meski tidak semua pekerjaan memberikan persyaratan harus tampil menarik atau memang tidak ditulis dalam persyaratan pekerjaan “Harus bisa make up” tapi setidaknya itu menjadi poin; bahwa kita sebagai pelamar kerja tau menempatkan diri/tau membedakan pakaian/sepatu apa yang pantas dipakai di kantor. Situasi lainnya yang membuat saya belajar bergaya dan make up adalah ketika mulai berdatangan undangan nikah dari teman-teman, ketika saya menjadi asisten dosen, ketika saya kerja dan yang terkhir ketika saya jatuh cinta pada seseorang. Semua hal ini akhirnya membuat saya setidaknya bisa ber makeup. Namun dalam hal penampilan, saya lebih suka yang simple saja. Saya hanya menyesuaikan situasi kapan harus berpakaian formal dan tidak formal. Menjadi apa adanya diriku itu lebih nyaman.

Seiring berjalannya waktu dan begitu banyak proses hidup yang kujalani, beberapa pertanyaan andai-andaiku dulu terjawab pelan-pelan oleh pengalaman hidup yang menempaku sampai pada umur 25 tahun ini. Tapi ada satu pertanyaan yang tidak kudapat jawabannya dari orang-orang dewasa yang pernah kutanya,namun akhirnya kudapatkan sendiri diumurku yang sudah seperempat abad ini ini. selain belajar dari pengalaman sendiri, Secara langsung atau tidak, saya sering mengamati orang disekitar saya, mempelajari hal-hal kecil disekitar saya, melihat berbagai macam karakter orang, mendengar pengalaman hidup orang lain. Dan ternyata; umur tidak bisa jadi di tolak ukur kedewasaan seseorang; penampilan pun tidak; orang yang dewasa itu juga bukan berarti selalu serius menyikapi semua hal,orang dewasa itu juga bukan mereka yang tau menasehati orang lain.orang dewasa juga bukan mereka yang banyak pengalaman. Bagiku, dewasa itu dilihat dari bagaimana kita menyikapi apa saja yang terjadi dalam hidup kita, terencana atau yang tak pernah terencana sekalipun.

Alhamdulilah, kini diusiaku yang sudah seperempat abad, saya sudah bisa membiayai hidupku sendiri dengan hasil keringatku. Penghasilan yang kudapat bisa kutabung, bisa kuberikan pada orang tua dan adekku dan bahkan bisa kugunakan untuk membantu orang lain yang memang sedang susah. Saya memang belum punya pekerjaan tetap yang bisa saya andalkan sampai nanti karena saya masih pegawai kontrak, tapi saya benar-benar bersukur karena apa yang ada sekarang telah mewujudkan sebagian keinginanku yang dulu tidak bisa kulakukan dan disamping itu dengan apa yang saya kerjakan, sebagai pengajar, sekarang saya senang bisa menjadi manfaat buat orang lain. Namun saya merasa masih perlu belajar lebih banyak lagi, saya masih punya harapan-harapn yang belum terpenuhi. Salah satunya, saya ingin menyempurnakan agama saya dengan Menikah,menjadi seorang istri dan Ibu. Allah SWT Maha Tahu yang Baik untuk saya, Maha mendengar Doa-doa dan Maha Mengetahui waktu yang paling tepat untuk mendapatkan yang terbaik. Jika mungkin bukan tahun ini saya di pertemukan denagn “Teman hidup” saya yang telah ditakdirkan menjadi IMAMku, Berati DIA mempunyai Kejutan untukku suatu hari nanti. Mungkin saya harus mempersiapkan diri menjadi Makmum yang baik agar kelak ketika bertemu saya sudah siap mendampingi Imamku. Aku percaya; "Inamaa Amruhuu,idzaa araadha syai'an Ayyaquulalahuuu Kun!! Fa Yakun" ^_^

Selengkapnya...